SENDIRI ATAU MENJADI KORBAN SOSIAL

SENDIRI ATAU MENJADI KORBAN SOSIAL
Photo by Sasha Freemind on Unsplash


Sendiri. Terkadang  menjadi sebuah kutukan namun juga bisa menjadi mukjizat karena merasakan kebebasan. "I feel disconnected" meraskan putus dalam hubungan bersama orang-orang sekitar. Tapi bukankah itu lebih baik dibanding penerimaan perilaku orang lain yang semakin hari semakin tidak dapat diterima. 

1. KRITIK

Dalam bukunya "How to Win Friends and Influence People" , Dale Carnegie pernah menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang senang ketika mereka dikritisi atas kesalahan mereka. Tapi kata-kata kasar dan raut muka yang menyebarkan rasa benci begitu terekam dalam otak dan kapanpun melihat orang yang melakukan kritik tanpa ada pengertian mengenai kebutuhan lawan biacaranya dan tanpa penyampaian yang baik berubah  menjadi monster yang menghidupkan sistem peringatan dalam tubuh untuk tidak lagi kontak dengan mereka.

2. MENOLAK PERBEDAAN

Tentu, kita semua adalah unik. Kata-kata unik mungkin berlaku bagi sebagian orang. Namun kebanyakan dari pengalaman yang telah dilalui lebih banyak orang yang tidak dapat menerima perbedaan dari orang lain. Mereka lebih baik mentertawakan dan mengutuk orang tersebut karena menurutnya orang tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang belum tentu benar yang mereka percayai.

3. MAKSUD TERSELUBUNG

Genuineness atau keaslian, transparan kebaikan memang semakin langka. Orang menghubungi orang lain hanya karena dia ada ingin maksud atau urusan pribadi yang mereka tunaikan dan kejamnya adalah mereka menyembunyikan maksudnya dibalut dengan iming-iming dari kebaikan yang mereka tawarkan. Masyarakat semakin menjadi seperti perangkap tikus. 

4. PEMUAS NAFSU

Begitu sarkas dalam pengambilan sub judul ini, namun inilah yang terjadi. Kewalahan bertemu dengan orang-orang yang berhati iblis. Memainkan perasaan, memainkan kehadiran, memainkan waktu yang telah diluangkan orang lain hanya ingin merasa tercukupi dalam nafsunya. Mereka bergaya seperti orang suci yang menghadirkan ketulusan busuknya. Namun pergi tanpa rasa kemanusiaan.

Banyak hal lain yang bisa diceritakan dalam kegiatan bersosial. Kini, bersosial menjadi hal yang menyeramkan dan seakan mimpi buruk yang datang secara tiba-tiba.  Momen demi momen buruk terus bertumpuk yang tanpa disadari akan muncul dimanapun dan kapanpun menjadi bingkai traumatik yang sulit untuk hilang dalam rekaman pikiran.

"Kita tidak dapat untuk mengendalikan kekuatan di luar yang bisa kita kendalikan seperti bagaimana orang lain bersikap terhadap kita. Tapi sebelum tumpukan traumatik itu menjadi bom atom yang meledak. Kita bisa melakukan penyelamatan dengan mencari lingkungan dengan benar benar memiliki sifat kemanusiaan. Atau kita bersabar dengan Sendiri".

Post a Comment

1 Comments

  1. Tapi yakinlah akan ada seseorang yang benar benar rela mengorbankan keinginan pribadinya demi untuk melihat insan yang di inginkan bahagia dengan pilihannya ... Semua hanya perkara waktu , Waktu untuk menerima ,Waktu untuk menyadari bahwa banyak hal hal penting yang lain untuk menuju tujuan hidup yang hakiki dan bersikap menjadi "manusia" Seutuhnya.....

    ReplyDelete